Here is the English translation of the analysis regarding IDX:AADI:
Shares of PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) fell by 1.37% (Rp100) despite market rumors of a potential inclusion in the FTSE and MSCI indices in Q1 2025. This decline could be attributed to several factors, including global coal price pressure and general market dynamics.
Financial Performance and Growth Outlook:
AADI posted a net profit of USD 1.21 billion in 2024, up 5.9% year-on-year, despite a 10.1% drop in revenue to USD 5.31 billion due to lower average coal selling prices.
The company maintained a solid EBITDA margin of 25%, showing business resilience amid coal price volatility.
AADI has 917.4 million tons in coal reserves and 4.1 billion tons in resources, projecting a mine life of up to 81 years, supporting long-term viability.
Dividends and Valuation:
Estimated dividend yield is 16% for the 2025 fiscal year, assuming a 45% payout ratio.
Based on discounted cash flow, the stock trades at 5x P/E for 2025, lower than the Indonesian coal sector average of 6.9x and the global peer average of 9.4x.
Potential inclusion in FTSE and MSCI indices could be a positive catalyst for AADI shares due to:
Increased visibility and liquidity in the global market.
Attracting institutional investors who track these indices.
Added buying pressure that can support the stock price.
However, to meet inclusion criteria:
AADI must trade above Rp10,000/share (equivalent to 5x P/E 2025) for FTSE,
and above Rp8,000/share (equivalent to 4x P/E 2025) for MSCI.
Reasons to Buy:
Strong profit and revenue growth outlook.
Attractive dividend yield.
Relatively low valuation compared to peers.
Potential FTSE and MSCI inclusion could boost demand.
Reasons to Sell or Hold:
Global coal price pressure may affect revenue.
Macroeconomic uncertainty and market volatility.
Regulatory risks in the energy and mining sector.
Despite short-term pressure, AADI has a positive long-term outlook due to strong fundamentals, growth potential, and possible global index inclusion. Long-term investors who can tolerate market volatility may consider buying or holding the stock. However, it’s important to monitor global coal price trends and regulatory developments closely.
Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) mengalami penurunan sebesar 1,37% atau Rp100, meskipun terdapat rumor mengenai potensi masuknya ke dalam indeks FTSE dan MSCI pada kuartal pertama 2025. Penurunan ini dapat dikaitkan dengan beberapa faktor, termasuk tekanan harga batu bara global dan dinamika pasar saham secara umum.Stockbit Snips | Berita Saham+5Bisnis.com+5PT. Kontan Grahanusa Mediatama+5finansialinsight.com+3Katadata+3Bareksa.com+3
Kinerja Keuangan dan Prospek Pertumbuhan:
AADI mencatatkan laba bersih sebesar US$1,21 miliar pada tahun 2024, meningkat 5,9% dibandingkan tahun sebelumnya, meskipun pendapatan turun 10,1% menjadi US$5,31 miliar akibat penurunan harga jual rata-rata batu bara.
Perusahaan memiliki margin EBITDA operasional sebesar 25%, menunjukkan ketahanan bisnis di tengah volatilitas harga batu bara.
Dengan cadangan batu bara sebesar 917,4 juta ton dan sumber daya 4,1 miliar ton, AADI memiliki umur tambang yang diperkirakan hingga 81 tahun, memberikan prospek jangka panjang yang solid. Katadatakaltim.herald.id+1Bareksa.com+1
Dividen dan Valuasi:
AADI diperkirakan memberikan imbal hasil dividen sekitar 16% pada tahun buku 2025, dengan asumsi rasio pembayaran dividen sekitar 45%.
Valuasi saham AADI berdasarkan metode discounted cash flow menunjukkan P/E 5x untuk tahun 2025, lebih rendah dibanding rata-rata emiten batu bara termal Indonesia yang diamati yakni 6,9x, maupun emiten global 9,4x. kaltim.herald.id+2Bisnis.com+2Bareksa.com+2Bisnis.com+3Bareksa.com+3Stockbit Snips | Berita Saham+3
Potensi masuknya AADI ke dalam indeks FTSE dan MSCI dapat menjadi katalis positif bagi saham ini, karena:
Meningkatkan visibilitas dan likuiditas saham di pasar internasional.
Menarik minat investor institusional yang mengikuti indeks tersebut.
Memberikan tekanan beli tambahan yang dapat mendukung harga saham.
Namun, untuk memenuhi kriteria inklusi, saham AADI perlu diperdagangkan di atas Rp10.000 per lembar (setara 5x P/E tahun penuh 2025) untuk FTSE dan di atas Rp8.000 per lembar (setara 4x P/E tahun penuh 2025) untuk MSCI. Bisnis.com+1Bareksa.com+1
Pertimbangan untuk Membeli:
Potensi pertumbuhan laba dan pendapatan yang solid.
Imbal hasil dividen yang menarik.
Valuasi saham yang relatif murah dibandingkan dengan perusahaan sejenis.
Potensi masuk ke dalam indeks FTSE dan MSCI yang dapat meningkatkan permintaan saham.Bareksa.com+2kaltim.herald.id+2Katadata+2Bisnis.com+1finansialinsight.com+1
Pertimbangan untuk Menjual atau Menahan:
Tekanan harga batu bara global yang dapat mempengaruhi pendapatan.
Ketidakpastian makroekonomi dan volatilitas pasar.
Risiko regulasi dan kebijakan pemerintah terkait sektor energi dan pertambangan.finansialinsight.com+4Katadata+4Bareksa.com+4Bareksa.com
Meskipun terdapat tekanan jangka pendek, prospek jangka panjang AADI tetap positif didukung oleh fundamental yang kuat, potensi pertumbuhan, dan kemungkinan masuk ke dalam indeks global. Investor yang berorientasi jangka panjang dan toleran terhadap volatilitas pasar dapat mempertimbangkan untuk membeli atau menahan saham ini. Namun, penting untuk terus memantau perkembangan harga batu bara dan kebijakan terkait sektor energi.
Saham PT Adaro Andalan Indonesia Tbk (AADI) dan DAAZ telah diumumkan akan masuk ke dalam konstituen indeks FTSE Global Equity Index Series, efektif mulai 23 Juni 2025. AADI akan masuk dalam kategori small cap, sementara DAAZ masuk dalam kategori micro cap .r.ipot.id+5Indo Premier+5kontan.co.id+5kontan.co.id+1IDN Financials+1
Masuknya AADI ke dalam indeks FTSE dapat memberikan dampak positif, seperti:kontan.co.id+1marmoremena.com+1
Peningkatan Likuiditas: Saham yang masuk indeks cenderung menarik perhatian investor institusional dan dana indeks, yang dapat meningkatkan volume perdagangan.Indo Premier
Potensi Kenaikan Harga: Permintaan tambahan dari dana yang mengikuti indeks dapat mendorong harga saham naik.
Validasi Kinerja Perusahaan: Masuknya ke indeks global dapat dilihat sebagai pengakuan terhadap kinerja dan prospek perusahaan.
Namun, perlu dicatat bahwa harga saham AADI sempat mengalami penurunan sebesar 1,37% baru-baru ini. Fluktuasi harga seperti ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk aksi ambil untung oleh investor setelah pengumuman masuk indeks.
Sebelum memutuskan untuk membeli atau menjual saham AADI, pertimbangkan hal-hal berikut:
Valuasi Saham: Analisis dari IPOT menyebutkan bahwa valuasi AADI saat ini cukup menarik, dengan P/E FY25F sekitar 2,9x, lebih rendah dibandingkan rata-rata industri yang berada di kisaran 5–7x .IPOTNews+1r.ipot.id+1
Prospek Bisnis: AADI memiliki potensi pertumbuhan dari ekspansi proyek dan pemotongan tarif royalti, yang dapat meningkatkan laba bersih.
Risiko Pasar: Perhatikan faktor eksternal seperti fluktuasi harga komoditas dan kondisi ekonomi global yang dapat mempengaruhi kinerja saham.
Masuknya AADI ke dalam indeks FTSE merupakan sinyal positif yang dapat meningkatkan profil dan likuiditas saham. Namun, investor sebaiknya melakukan analisis mendalam terhadap valuasi, prospek bisnis, dan risiko pasar sebelum mengambil keputusan investasi.Indo Premier
Jika Anda mempertimbangkan untuk berinvestasi dalam saham AADI, disarankan untuk berkonsultasi dengan penasihat keuangan atau melakukan analisis teknikal dan fundamental secara menyeluruh.