Contoh saham dividen di IHSG:

NISP (PT Bank OCBC NISP Tbk): Bank yang dikenal dengan pembayaran dividen yang teratur dan stabil setiap tahunnya.

PTBA (PT Bukit Asam Tbk): Perusahaan tambang batubara milik negara yang dikenal dengan kebijakan dividen tinggi karena kinerja keuangan yang kuat.

ANTM (PT Aneka Tambang Tbk): Salah satu perusahaan tambang terbesar di Indonesia, dengan dividen yang menarik berkat lonjakan harga komoditas.

Saham dividen biasanya berasal dari perusahaan yang mapan dengan arus kas yang stabil dan tingkat pertumbuhan yang moderat. Baca Juga: 9 Saham di Indonesia (IHSG) dengan Dividen Yield Terbesar di Atas 10%

3. Saham Blue Chip

Blue chip adalah saham dari perusahaan besar, stabil, dan memiliki reputasi baik di industrinya. Saham ini sering kali dianggap sebagai tulang punggung portofolio investasi karena memberikan keamanan dan potensi pertumbuhan yang stabil.

Contoh saham blue chip di IHSG:

BBRI (PT Bank Rakyat Indonesia Tbk): Bank milik negara yang menjadi pemimpin dalam layanan perbankan mikro di Indonesia.

ASII (PT Astra International Tbk): Konglomerasi dengan diversifikasi bisnis yang luas, termasuk otomotif, agribisnis, dan infrastruktur.

BBCA (PT Bank Central Asia Tbk): Bank swasta terbesar di Indonesia dengan kinerja keuangan yang solid dan basis pelanggan yang luas.

Saham blue chip sering kali menjadi pilihan investor konservatif karena volatilitasnya cenderung lebih rendah dibandingkan dengan saham lainnya.

4. Saham Defensive

Saham defensive adalah saham perusahaan yang kinerjanya relatif stabil meskipun kondisi ekonomi sedang tidak menentu. Biasanya, perusahaan ini bergerak di sektor kebutuhan dasar yang permintaannya tidak terlalu terpengaruh oleh siklus ekonomi.

Contoh saham defensive di IHSG:

AMRT (PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk): Operator jaringan minimarket Alfamart yang tetap stabil karena memenuhi kebutuhan harian masyarakat.

SIDO (PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk): Perusahaan jamu dan farmasi yang produknya menjadi bagian dari gaya hidup sehat masyarakat Indonesia.

ICBP (PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk): Produsen makanan instan yang permintaannya tetap tinggi, bahkan di masa resesi.

Saham defensive cocok untuk investor yang menginginkan portofolio yang lebih stabil dalam menghadapi volatilitas pasar.

5. Saham Cyclical

Saham cyclical adalah saham perusahaan yang kinerjanya sangat dipengaruhi oleh siklus ekonomi. Ketika ekonomi tumbuh, saham ini cenderung berkinerja sangat baik, tetapi ketika ekonomi melambat, kinerjanya bisa menurun drastis.

Contoh saham cyclical di IHSG:

MAPI (PT Mitra Adiperkasa Tbk): Perusahaan ritel yang mengelola merek-merek internasional, seperti Zara, Starbucks, dan Nike.

FILM (PT MD Pictures Tbk): Perusahaan produksi film yang kinerjanya sangat bergantung pada konsumsi hiburan masyarakat.

MNCN (PT Media Nusantara Citra Tbk): Perusahaan media yang pendapatannya dipengaruhi oleh iklan, yang biasanya meningkat saat ekonomi tumbuh.

Saham cyclical cocok untuk investor yang memiliki toleransi risiko tinggi dan mampu memanfaatkan peluang selama siklus ekonomi yang positif.

6. Saham Speculative

Saham speculative adalah saham perusahaan yang memiliki potensi keuntungan besar tetapi juga memiliki risiko yang sangat tinggi. Biasanya, saham ini berasal dari perusahaan yang masih dalam tahap pengembangan atau restrukturisasi.

Contoh saham speculative di IHSG:

PANI (PT Pantai Indah Kapuk Dua Tbk): Perusahaan properti yang berfokus pada pengembangan proyek besar, tetapi dengan risiko pasar properti yang fluktuatif.

BUMI (PT Bumi Resources Tbk): Salah satu perusahaan tambang batubara terbesar di Indonesia, tetapi dengan tingkat utang yang tinggi.

MKAP (PT Mitrabara Adiperdana Tbk): Emiten tambang yang menarik perhatian investor dengan potensi kenaikan harga komoditas.

Saham speculative lebih cocok untuk investor yang berani mengambil risiko tinggi dan memiliki waktu untuk memantau pergerakan pasar dengan cermat.

Enam tipe saham menurut Peter Lynch memberikan panduan yang berguna untuk mengklasifikasikan saham berdasarkan karakteristik bisnis dan strategi investasi. Pemilihan tipe saham yang tepat bergantung pada profil risiko, tujuan investasi, dan jangka waktu investasi masing-masing individu. 

Investor disarankan untuk melakukan analisis mendalam sebelum membeli saham, terutama pada saham speculative yang memiliki risiko tinggi. Dengan diversifikasi portofolio dan pemahaman mendalam tentang tipe saham, investor dapat memaksimalkan potensi keuntungan sambil mengelola risiko secara efektif. Baca Juga: